ENSIKLOPEDI MINI
PERJALANAN DUNIA
Edisi 9
DATA FAKTUAL SEPUTAR SEJARAH PENCIPTAAN
LANGIT DAN BUMI
__Bagian kedua__
Sahabat
muslim, rohimakumullah!
Mau
tahu,.... dahulu langit dan bumi itu satu atau memang dari dulu sudah seperti
saat ini? Kemudian, bagaimanakah bentuk langit itu? Berapa jarak antara satu
langit dengan langit yang lainnya? Dan apakah yang lebih dulu diciptakan: siang atau malam?
Semua pertanyaan ini, in sya Allah, akan terjawab pada pembahasan kali ini!
S
|
ecara faktual
qur’ani, pada proses awal pembentukannya: langit dan bumi itu menyatu. Lantas,
Allah pisahkan keduanya. Maka jadilah bumi sebagai hamparan dan langit sebagai
atapnya.
Fakta ini Allah gambarkan
dalam firman-Nya:
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا
Artinya:
“Tidakkah
orang-orang kafir itu memperhatikan bahwa dahulu (di awal penciptaannya),
langit dan bumi menyatu, lalu Kami (Allah) pisahkan keduanya.” QS. Al-Anbiya: 30.
Sebuah keterangan yang bersumber dari Ibnu Abbas -rodhiallahu anhu- melalui jalur riwayat ‘Ikrimah,
Al-Hasan, Qotadah dan Ibnu Jubair: ‘Bahwa dulunya langit dan bumi itu adalah
satu kesatuan, saling menempel satu sama lain, lalu Allah memisahkan keduanya,
Dia mengangkat langit ke tempat yang memang seharusnya ia tempati dan
mengokohkan bumi di tempatnya semula.”[1]
Ibnu Katsier –rohimahullah_ berkata: “Dahulu, pada
awal penciptaannya, semuanya (langit dan bumi) menyambung satu sama lain,
keduanya berdempetan dan bertumpukan, sebagiannya posisinya di atas yang lain;
lalu Allah memisahkan yang satu dari yang lainnya. Lantas, Allah menjadikan
langit itu menjadi tujuh lapis dan juga bumi menjadi tujuh lapis. Kemudian Allah
memisahkan langit dunia dengan bumi dengan ruang hampa; sehingga langit bisa
menurunkan hujan dan bumi pun bisa menumbuhkan tumbuh-tumbuhan.” [2]
D
|
i antara fakta penciptaan yang lainnya adalah bahwa
langit itu bulat. Dan ini telah dijelaskan oleh para ulama islam semenjak
berabad-abad silam. Imam Ibnu Katsier berkata:
وقد حكى ابن حزم وابن المنير وَأَبُو الْفَرَجِ ابْنُ الْجَوْزِيِّ
وَغَيْرُ وَاحِدٍ مِنَ العلماء الإجماع على أن السموات كرة مُسْتَدِيرَةٌ *
وَاسْتُدِلَّ عَلَى ذَلِكَ بِقَوْلِهِ كُلٌّ فِي فلك يسبحون.
Artinya:
“Ibnu
Hazm, Ibnu Munir, Ibnul Faroj Ibnul Jauzi dan banyak ulama lainnya telah
menceritakan sebuah ijma’ (kesepakatan) bahwa langit itu berbentuk bulat. Hal itu didasarkan pada dalil firman Allah:
‘kullun fii falaqin yasbahun.’ (semuanya beredar pada garis edarnya
masing-masing).”[3]
F
|
akta lain yang diungkapkan oleh para ulama adalah
bahwa langit ini berlapis-lapis dan bertingkat-tingkat. Satu langit dengan
langit di atasnya jaraknya adalah 500 tahun perjalanan, sebagaimana hal ini
dinyatakan dalam beberapa atsar. [4]
D
|
i antara fakta penciptaan yang
diperbincangkan oleh para ulama adalah di mana posisi matahari, bulan, bintang,
planet dan benda-benda angkasa lainnya: apakah mereka ada di bawah langit
pertama saja atau bertebaran di berbagai lapis langit? Para ulama berbeda pendapat
mengenai hal ini.
P
|
embahasan selanjutnya adalah tentang siang dan malam, manakah dari keduanya
yang diciptakan terlebih dahulu? Sebagian ulama berpendapat bahwa siang
diciptakan terlebih dahulu dengan dalih bahwa siang itu bercahaya, maka ia
berasal dari cahaya Allah. Jadi, siang itu telah ada dengan keberadaan nur
ilahi (cahaya Allah) sebelum adanya malam. Pendapat kedua menyatakan bahwa
malam tercipta terlebih dahulu. Dalil mereka adalah firman Allah:
{أَأَنْتُمْ
أَشَدُّ خَلْقًا أَمِ السَّمَاءُ بَنَاهَا - رَفَعَ سَمْكَهَا فَسَوَّاهَا -
وَأَغْطَشَ لَيْلَهَا وَأَخْرَجَ ضُحَاهَا} [النازعات: 27 - 29]
Artinya:
“Apakah
kalian lebih kokoh dibandingkan langit yang Dia bangun. Dian mengangkat atapnya
lalu menyempurnakan penciptaannya. Dia menyelimuti malamnya dengan kegelapan
dan mengeluarkan waktu dhuha (siang)nya.” QS. An-Nazi’at: 27-29.
Dalam ayat ini, Allah memulai
dengan malam sebelum siang.[5]
Demikian,
wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar