Senin, 23 September 2019

postur malaikat


para malaikat dan iman kepada malaikat
ENSIKLOPEDI  MINI  PERJALANAN  DUNIA
Edisi 11


POSTUR MALAIKAT


            Syaikh Umar bin Sulaiman al-Asyqor, dalam kitab beliau ‘Aalamul malaa’ikatil Abroor menjelaskan tentang malaikat, beliau berkata:

Alam malaikat berbeda dengan alam jin dan manusia. Ia adalah sebuah alam yang mulia. Yang ada padanya hanyalah kesucian, kejernihan dan kemurnian. Mereka, para malaikat itu, adalah makhluk yang mulia dan bertakwa, mereka menyembah Allah dengan sebenar-benar ibadah, mereka melaksanakan segala apa yang Allah perintahkan kepada mereka dan mereka tidak pernah sekali pun bermaksiat menentang Allah, selama-lamanya.”[1]

“Beriman kepada malaikat adalah bagian dari pokok keimanan yang paling mendasar, di mana tidaklah sah iman seorang hamba apabila ia tidak beriman kepada mereka. Allah Ta’ala berfirman:

(آمن الرسول بما أنزل إليه من ربه والمؤمنون كل آمن بالله وملائكته وكتبه ورسله لا نفرق بين أحد من رسله) [البقرة: 285]

Artinya:
          “Rasulullah beriman kepada apa yang diturunkan kepada beliau dari Tuhan-nya, demikian pula orang-orang yang beriman. Mereka semua beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan para rasul-Nya; kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara para rasul itu.” QS. Al-Baqoroh: 285.[2]
         
Bagaimanakah seharusnya kita beriman kepada para malaikat?
Secara ringkas,

I
mam Al-Baihaqi menjawab pertanyaan ini sebagaimana dinukil oleh Imam As-Suyuthi dari kitab beliau Syu’abul Iman :


1-    Mengimani dan membenarkan keberadaan mereka

2-    Memposisikan mereka pada kedudukan mereka yang semestinya, yaitu dengan cara kita menetapkan bahwa mereka adalah hamba Allah dan makhluk-Nya layaknya bangsa jin dan manusia yang mendapatkan beban perintah dan beban syariat dari Allah, mereka tidak mampu melakukan suatu hal kecuali bila Allah memberikan kemampuan itu kepada mereka, mereka pun bisa meninggal seperti manusia akan tetapi Allah mentakdirkan mereka untuk hidup lama sekali, tidak boleh disifati dengan sifat-sifat yang bisa menyeret kepada perbuatan mempersekutukan Allah dengan mereka dan jangan sampai dijadikan klaim ketuhanan pada diri mereka sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang musyrik terdahulu.

3-    Mengakui bahwa sebagian malaikat itu diutus Allah kepada manusia yang dikehendaki-Nya. Terkadang, sebagian malaikat diutus kepada malaikat yang lain. Di antara bentuk keimanan kepada mereka adalah mengimani jenis-jenis mereka, ada para malaikat pemikul arsy, ada para malaikat ash-shoffun (yang bershof-shof), ada para malaikat penjaga surga, ada para malaikat penjaga neraka, ada para malaikat penulis amal perbuatan manusia, dan ada juga para malaikat yang bertugas menggiring awan, semua itu atau kebanyakannya telah ditetapkan di dalam Al-Qur’an[3].


Mengapa kita tidak bisa melihat malaikat?
J
awabannya adalah karena mereka tercipta dari cahaya yang bersifat sangat lembut sehingga kita tidak mampu melihat mereka. Dan memang demikianlah Allah menciptakan kita sesuai dengan hikmah yang diinginkan-Nya.

Kapan persisinya malaikat diciptakan?
Secara persis, kita tidak dapat memastikan, namun yang pasti adalah bahwa malaikat diciptakan terlebih dahulu sebelum manusia diciptakan sebagaimana yang Allah terangkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqoroh.


Bagaimana postur malaikat?
S
ebagian malaikat diciptakan Allah dengan postur yang sangat besar. Di antaranya adalah Jibril dan malaikat pemikul arsy. Malaikat Jibril alaihis salam memiliki postur yang sangat besar. Beliau memiliki 600 sayap. Satu sayapnya saja saja lebarnya sudah memenuhi ufuk. Rasulullah صلى الله عليه وسلم melihat beliau dalam bentuk aslinya, sebagaimana yang Allah ciptakan, dua kali. Malaikat pemikul arsy memiliki postur yang luar biasa besar. Kakinya di bumi paling bawah dan tanduknya memanggul arsy. Jarak antara daun telinga dan pundaknya sejauh 700 tahun perjalanan terbang yang burung. Jumlah mereka ada 8. 


B
agaimana dengan ibadah mereka?
Ibadah malaikat sangat luar biasa. Mereka tercipta untuk beribadah, untuk senantiasa taat kepada Allah Azza wa Jalla. Mereka tidak pernah berbuat maksiat kepada Allah Azza wa Jalla. Setiap saat mereka beribadah tanpa pernah merasakan bosan. Jenis ibadah mereka pun bermacam-macam. Ada yang bertasbih saja, ada yang bertahmid saja, ada yang bersujud saja dan sebagainya.

Iman kepada malaikat masuk dalam bagian beriman kepada yang ghoib. Iman kepada malaikat ini tentunya akan menuntun kita kepada kekuatan iman kepada Allah Azza wa Jalla. Bayangkan, ketika malaikat pemikul arsy yang sangat besar itu saja beriman dan takut kepada Allah, maka tentunya kita yang kecil dan kerdil ini mustinya lebih takut lagi kepada Allah.

Demikian, semoga bermanfaat !
          Terima kasih telah membaca artikel postur malaikat dari blog ini!


[1] ‘Aalamul malaa’ikatil Abroor, Syaikh Umar bin Sulaiman Al-Asyqor, maktabah syamilah.
[2] Ibid.
[3] Lihat: Ibid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar